Minggu, 10 April 2011

NYANYIAN HATI DI SENJA PARARAWEN


Sesaat aku memandangi lembabnya hutan ini,
dengan semerbak harum bau tanah,
dan sekilas pancaran sinar mentari,
yang menembus dedaunan serta ranting,
dan membuat ku terkesima akan sebuah hal,
Tuhan masih mengizinkan aku untuk hidup,

Terima kasih Tuhan, atas pikir yang KAU beri,
Terima kasih Tuhan, atas mata yang KAU beri,
Terima kasih Tuhan, atas hati yang KAU beri,
Terima kasih Tuhan, atas cinta yang KAU beri,

Aku akan ada untuk ketulusan,
aku akan ada untuk kebersahajaan,
aku akan ada untuk asa yang benar,
aku akan ada untuk kesetiaan,
aku akan ada untuk harapan baru,
aku akan ada untuk ketegaran,
(DEWI MAYASARI, A.Md)


Kan selalu mengenang apa yang bisa ku kenang,
walau hanya sebuah cerita singkat saja,
namun berarti bagi hidupku,
karena untukku, Tuhan selalu ada,
dan selalu mencintaiku apa adanya,
karena alam pun berdoa bagi yang mencintainya.
(Aprianti, SP)

Hem... cukupkah gumamku untuk saat ini,
saat kehadiranku mulai terusik asa,
dengarkan cerita pepohonan serta rumput basah,
(Mutia Rahmi, S.Sos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar